Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh….
Sekedar berbagi cerita…..
Suatu saat, tanpa sengaja saya mendengarkan satu percakapan antara ibu-ibu didalam salah satu musholla. Setelah selesai berwudhu, mereka (sebut saja ibu Er dan ibu As) berbincang:
Er: “begini nih susahnya kalau sudah rapi berdandan tapi harus ber-wudhu….”
As: “mengapa susah??”
Er: “karena kuatir rusak make-up atau bedaknya terhapus, jadi pas pada bagian wajah asal-asal aja, hanya ditepuk-tepuk, hingga bedak dan make-up ku dari salon tadi, tidak berantakan..
As: “hmmmm..?!?
Setelah selesai sholat disamping saya, mereka melipat mukena dan bergegas pergi. Saya merenungkan percakapan tadi…bisa jadi sayapun pernah begitu.. Tapi setelah mendengar percakapan ini, justru saya malah berfikir dan menyesali (ampuun yaa Robb), untuk ‘berhadapan’ denganNya..kita masih tidak menyeluruh membersihkan diri..masih berhitung-hitung untuk sekedar mengulangi memakai bedak atau make-up setelah wudhu.
Cerita lain, dari ustad saya, saat memberikan pelajaran manasik Umroh. Ada seorang ibu yang ikut pengajian ba’da maghrib sampai dengan isya berjamaah. Ketika maghrib, ibu ini ikut sholat, sedangkan ketika isya dia tidak sholat. Saya mengira disebabkan karena, (maaf) datang bulan, di saat setelah maghrib. Tapi menurut ibu-ibu lain (teman nya ibu itu), “dia tidak ikut sholat isya karena sudah batal wudhu dan merasa sayang untuk wudhu kembali karena telah memakai “night-cream”.
Ada lagi cerita persis seperti ini, dari teman saya yang rajin ke salon untuk menata rambutnya. Dia selalu merasa sayang tatanan rambut hasil kreasi hair-dresser terkenal, akan rusak akibat terkena mukena, dia memilih menunda sholatnya atau malah dilewatkan saja.
Bukan bermaksud lebay, benar juga sih kena air itu akan merusak hasil dandanan yang mahal-mahal dari salon (mungkin), dan mengenakan mukena akan merusak sasakan rambut, tetapi…toh ini kewajiban kita pada Allah. Membersihkan diri sebelum sholat, dan ‘wajib’ ibadah sholat itu sendiri. Alangkah indahnya bila benar-benar bersih seperti disyariatkan, dan nanti setelah selesai sholat dapat segera mengulangi saja dandanan wajah dan rambutnya, mudah, kan??. Mahal? Ya iya memang make-up mahal. Tapi coba pikir, memangnya rezeki itu diturunkan dari siapa?? Masya Allah… Demi make-up dan hair-do rela melaksanakan wudhu asal-asalan, tega meninggalkan ‘kewajiban’ sholat.. Padahal dari wudhu lah dimulai perhitungan ‘nilai ibadah’..membersihkan segala macam hadas kecil..bagaimana bila ‘nilai’ sholatnya berkurang bahkan terhitung ‘batal’ misalnya? Dan harusnya kita sudah tahu, kita ‘wajib’ sholat dan amalan ibadah yang pertama sekali diperiksa adalah ‘sholat’…
Cerita seperti ini bermacam-macam, ya? Pada Sang Khalik, yang menentukan jalan hidupnya saja sanggup menomor-duakan. Bagaimana nasib urusan lain ditangannya?? Memang, segala pahala masih urusanNya. Tetapi mari kita tidak menganggap remeh saat berhadapan denganNya. Bersungguh-sungguhlah dan niatkan wudhu itu. Masa sih, demi krim malam saja rela tidak sholat berjamaah? Jika untuk Robb nya berkorban duniawi sedikit saja tidak rela, lalu bagaimana jika Robb memintanya lebih dari itu? Saat kita hendak sholat wajib, yang pasti didalamnya ada doa memohon rezeki kepadaNya, tetapi kita masih tega berhitung sebagian kecil rezeki kita yang diperuntukkan membayar make-up/ membeli krim malam?? Coba aja kita lihat keutamaan wudhu berikut ini, Rasulullah SAW: “Maukah kalian aku tunjukkan akan sesuatu yang menyebabkan Allah menghapus dosa dan meninggikan derajat?”. Para sahabat beliau menjawab: “Tentu wahai Rasulullah” , beliau SAW bersabda: “Menyempurnakan wudhu di kondisi yang tidak disukai, memperbanyak langkah ke mesjid dan menunggu sholat sesudah sholat. Maka ini yang disebut dengan Ar-Ribath (keteguhan) , inilah Ar-ribath”. (HR Muslim)..Berarti kita ini masih kurang ‘teguh’ dan tidak mau ditinggikan derajatnya, yaa bukan?
Wass,De-eS, desember 2012
( Renungan hanya dari percakapan singkat saat di mushola)
Tinggalkan komentar