Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh….
“Tunggu aku berpakaian yang oke dulu aah, untuk ke mall masa iya pakaiannya begini?, ntar ketemu si Anu, si Anu…malu kan??” Jawaban/dalih ini sering kita dengar atau kita jadikan alasan, untuk berpantas-pantas ke sebuah acara, ke satu tempat, atau saat menemui seseorang. Alasan kita semua untuk memikirkan kostum/pakaiannya sedemikian rupa sehingga merasa menjadi ‘pantas’ menurut kita, agar tidak menjadi sal-tum (salah kostum), atau malah menjadi perhatian akibat ‘over-dressed’… Takut akan komentar atau perhatian orang banyak yang hadir..
Karena satu tempat tertentu, karena seseorang yang akan ditemui, atau karena suatu acara tertentu, selalu menjadi bahan pertimbangan kita saat memilih baju/kostum. Dan memang, kebanyakan acara sekarang-sekarang ini, lagi musimnya mencantumkan dress-code untuk pesertanya. Naah..jadilah sang peserta acara tersebut lantas mutar-mutar di mall/shopping center untuk mendapatkan pakaian yang pantas, yang sesuai dengan code yang disyaratkan…, dari mulai warna, motif, model, atau ‘tema’.. Apapun itu, pasti kita turutkan agar supaya diterima dalam acara tersebut.. Ya bukan?
Berbeda dengan saatnya kita menghadapkan wajah kita pada Tuhan…, perhatikan gak, baju kita dibalik si sarung atau mukena….?? Inilah dia satu bentuk ‘kepantasan’ yang sering sekali kita lalaikan, kita abaikan… katakanlah alasan kita, “itu toh hanya baju ‘daleman’ saja yang nantinya akan ditutupi pakaian sholat,”… oke-lah.. tapi kalo mau mengakuipun..’pakaian’ sholat itu sendiri juga yang berupa sarung (untuk pria) atau mukena (untuk wanita), mungkin yang sudah belel-belel saja cukup… Yang bagus-bagusnya cuma untuk nanti bila ada acara buka puasa bersama, tarawih bersama, sholat berjamaah, saat sholat Ied dan lain sebagainya (apa saja yang berbentuk ‘bersama’ agar supaya bisa tampil bagus kepada peserta jamaah lainnya).. Dan kalo di rumah sih cukuplah yang belel, yang penting ‘adem’..secara baju dalemannya pun berupa daster belel atau celana pendek dan kaos oblong belel-belel… jadi notabene semuanya ‘double-belel’nya…
Memangnya ada larangannya untuk itu?? Memang tidak, ini hanya masalah kepantasan saja. Dan tidak ada keharusan yang mahal-mahal, yang saya tekankan disini cuma perbandingan ‘predikat’ , antara si baju/kostum dengan ‘pakaian sholat’ itu.., jangan yang belel-belel kali laaaah… Masalahnya, itulah saatnya kita berhadapan dengan ‘SIAPA’..masa iya kita berkostum double-belel tadi?… Miriiis juga jadinya. Dan tentu jadi malu-hati…. Memang Dia tidak menghukum kita jika berkostum double-belel tadi, tidak pula mengucilkan kita, tidak pula memandang dengan sebelah mata ( tidak seperti yang kita dapatkan bila kita sal-tum di satu acara…rasanya jadi mau buru-buru tenggelam saja, atau segera pulang).
Sekarang, saat saya menulis ini, saya pun ikutan merinci pakaian atau mukena yang saya gunakan sehari-hari. Lantas diinventaris mana yang ‘pantas’ mana yang tidak pantas… malu juga saya jadinya…
Sebenarnya apa dong ukuran kepantasan itu sendiri nantinya? …Dengan tidak adanya ‘pengamat fashion’ khusus untuk ini juga, kan?… Yaa cuek ajalah.. begitukah?? Itu dia, coba masing-masing kembalikan saja ke hati nurani. Ikrar awal kita “aku hadapkan wajahku pada Nya“ maka seperti apa pakaian khususku yang pantas pula untuk Nya..? Ada firman Allah dalam surat Al-A’roof: “Hai anak Adam, sesungguhnuya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu, dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Alalh, mudah-mudahan mereka selalu ingat” (QS 7:26)
Karena masalah “kepantasan” ini pula, sudah berjalan hampir 10 bulan ini saya menjalankan satu kegiatan yang berhubungan dengan pakaian sholat, yaitu…GerakanMukenaResik.. satu kegiatan yang saya jalankan sendiri..”mengurus” pakaian sholat yaitu sarung dan mukena yang tersedia di masjid-masjid dan mushola-mushola (di mall atau outlet) di bandung… sarung dan mukena ini saya ambil setiap seminggu sekali untuk dicuci di rumah, dan mengantarkan yang sudah resik dan wangi, yang sudah “pantas” dipakai.. Ini hanya bentuk keprihatinan saya melihat begitu banyak orang yang membatalkan untuk sholat di masjid/mushola karena mukena yang tersedia, tidak layak digunakan.. Kondisinya kotor..bau apek, malah kadang-kadang setengah basah… Maluu pada Allah pakaian kita seperti itu. Alhamdulillah kegiatan ini masih rutin berjalan…dan disambut baik oleh DKM-DKM yang bersangkutan.. Begitupun, masih saja ada kejahilan kecil lain yang tidak saya sangka, pakaian-pakaian sholat itu saat awal dimulainya gerakan ini, sering sekali hilang… tapi saya bersabar dan membatin saja…”khusnudzon pada yang mengambil, mereka juga pasti menggunakannya untuk sarana menghadapkan wajah mereka padaNYA.. Mungkin mereka tidak mempunyai pakaian sholat yang ‘pantas’, kasian juga..”….. Saya hanya bisa berharap agar semua pengguna jasa GMR ini, bersedia ikutan bersama-sama merawat dan menjaga kebersihan pakaian sholat yang tersedia..’bersih dan pantas digunakan oleh semua jamaah’….
Karena Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah MahaBaik, DIA mencintai KEBAIKAN, DIA MahaBersih DIA mencintai KEBERSIHAN, DIA MahaMulya, DIA mencintai KEMULYAAN…..” (HR At-Tirmidzi)
Itu usaha kita memantaskan diri dalam berpakaian saat kita berkomunikasi denganNya… Apa masih kurang pantas selama ini??.. Aaah itu sih saya serahkan saja penilaiannya pada masing-masing. Saya sendiri juga belum maksimal memantaskannya,… Penilaiannya? Gunakan saja hati nurani dan tentunya ‘cermin’ yang jujur yaaa…. akhirnya, kita ini mau lebih “pantas” saat tampil didepan siapa sih??
wass, De-eS, 30 oktober 2011, 12:15
(Renungan diri, saat merasa belum berpakaian ‘pantas’ saat menghadapkan wajah padaNYA)
Tinggalkan komentar