Assalamu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh…
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Saat kita mati nanti, amalan akan terputus, tidak lagi bisa kita tambah bila adapun kekurangannya. Selain amalan yang sudah (bagi yang sudah) kita kumpulkan sebelum mati, apa kita sudah mempunyai: Sedekah jariyah, Ilmu yang manfaat, amal yang sholeh/sholehah yang dimaksud diatas?
Mana yang sudah kita miliki sebagai bekal ‘amalan tidak terputus’ yang kita perlukan nanti agar pahala kita tetap tersambung? Coba Periksa yuuk?!
1. Sedekah jariyah?…. hmmm, mungkin sudah sedikit-sedikit dicicil dari sekarang, jelas belum banyak dan masih jauh dari cukup. Sedekah ini, adalah yang manfaat bagi orang banyak, yang terus masih dapat dirasakan manfaatnya, misalnya pembangunan masjid atau pesantren. Amalan inilah yang tidak bisa dibatalkan/tidak berhenti pahalanya. Berbeda dengan amalan ibadah yang diwajibkan, seperti sholat, puasa, hajji, yang hanya dihitung hingga kita mati, lantas pahalanya terhenti, tidak mengalir lagi. Jenis amalan yang satu inipun yang paling meluas cakupannya, bisa bagi semua orang, tidak ditentukan besaran dan jenisnya.
2. Ilmu?… Ilmu yang manfaat, yang bagaikan Multi Level Marketing, berawal mula dari kita lantas estafet, yang terus mengalir. Ilmu yang disyaratkan disini adalah ilmu agama yang manfaat, yang diamalkan oleh orang-orang yang menjadi ‘downline’ kita terus menerus (bukan yang terhenti hanya pada downline yang nyambung- menyambung di-amalkan dan akhirnya kembali lagi ke kita semua manfaat pahalanya. Ilmu agama, sekecil apapun (misalnya) yang pernah kita sampaikan pada orang lain, yang lantas diamalkan dan bisa jadi disampaikan lagi secara estafet pada orang lain yang juga mengamalkannya. Ilmu agama yang entah berupa tulisan maupun lisan.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, disebutkan: “ilmu itu ada tiga, sedangkan ilmu selainnya adalah keutamaan (pelengkap),yaitu ayat yang muhkam (Quran), sunnah yang pasti (hadits), atau fara-idh ( ilmu waris) yang adil” ( HR Ibn Majah). Jadi yang dimaksud dengan ilmu yang manfaat dan bisa mengalirkan pahala adalah ilmu-ilmu agama. Ilmu lain yang kita miliki hanyalah pelengkap dan berkaitan dengan kehidupan kita di dunia.
3. Anak yang sholeh/sholehah… Hmmm ini yang buat saya sendiri masih bertanya-tanya, berfikir..Bisa tidak yaa saya bergantung pada doa mereka? Mungkin karena saya sendiri, ibu mereka, juga baru dalam berapa tahun belakangan ini saja ‘belajar’. Tentunya kepada mereka pun ajaran atau contoh masih tersendat sampainya.. Mereka mendapatkan banyak dari sekolah atau guru ngaji yang datang, dengan begini maka aliran pahala ibadah mereka mengalir kepada guru mengaji mereka. Tentunya kita semua berharap anak-anak kita (yang mungkin,dijadikan sholeh/sholehahnya oleh guru sekolah atau guru ngaji mereka) rajin mendoakan khusus untuk kita, walaupun aliran pahalanya ibadah mereka bukan untuk kita.
Kita coba meng-ilustrasikan kontribusi dari Sedekah jariyah, Ilmu, Anak yang sholeh tadi ke dalam prosentase, misalnya saja Sedekah 40%, Ilmu yang manfaat 30%, Anak yang sholeh/sholehah 30% ( tentunya besaran ini hanya permisalan saya saja ) berapa banyak tepatnya yang disyaratkan, tidak ada yang tau…. Dari hitungan diatas, katakanlah (misalnya) dengan sadar saya tau saya belum tentu bisa mengandalkan doa dari anak-anak saya yang belum semua sholeh/sholehah (bahwa saya belum yakin, ada jaminan mendapatkan kiriman doa-doa rutin dari mereka kelak) tentunya dengan segera saya men-switch prosentase itu kepada besaran Sedekah jariyah dan besaran Ilmu (inipun bila ada)… Sangatlah bahagia bagi sebagian orang yang cukup amalan jariyahnya, cukup ilmunya, dan punya anak-anak yang sholeh/sholehah pula…., bisa melangkah dengan tenang ‘nanti’…wuiiih ini salah satu cita-cita saya juga. Tapi saya juga sadar, dengan diri sendiri yang newbie..,yang masih berpikir dan ngebut dalam mengumpulkan amalan sendiri, bagaimana mau instant menjadikan anak-anak se-sholeh/sholehah yang disyaratkan??.
Tetapi tentu, tidak begitu bagi yang tidak mempunyai keturunan, maka dia harusnya sesegera mungkin mengumpulkan 2 item sisanya, sebanyak mungkin…hingga kira kira 50%-50% (ilustrasi saja).
Bagaimana pula bagi yang amalan saat hidup saja pas-pasan nyaris kurang, lantas sedekah jariyahnya pun minus hampir tidak ada..,Tidak pula punya bekal ilmu agama, boro-boro mengalir….eeh tidak mempunyai keturunan yang sholeh pula??? Wallahu ‘alam…DIA jua yang MahaMenghukumi, saya sih tidak bermaksud berhitung amalan orang lain. Ini saya hanya mencoba menyemangati diri sendiri, saat tafakkur, berpikir…”apa yaa yang sudah bisa saya jadikan andalan dari ketiga item tadi?” sambil berusaha membaca satu persatu anak-anak saya, bagaimana nanti mereka saat saya tidak ada…apa mereka akan rajin mengirimkan doa untuk saya, apa saya termasuk dalam list doa mereka setiap saat??? Apakah mereka akan cukup sholeh/sholehah??.. Apakah kasih sayang saya selama hidup cukup menjadikan feed back bagi saya sendiri, hingga mereka sayang untuk melewati momen berdoa untuk orang tua mereka yang mungkin megap-megap menanti kiriman doa dari mereka dalam kubur nanti, yang Ya Allah, disaat sudah tidak bisa apa-apa walaupun siang malam ditampakkan “tempat-akhir” nya nanti, sudah tidak bisa memperbaiki Rapor amalan. Jadi teringat almarhum papa dan almarhumah kakak saya, apa kiriman doa dari kami yang hidup, dan amalan jariyah mereka, mencukupi?? Apakah kami, anak-anak papa yang masih sisa 6 orang ini, setiap saat mendoakan papa?..
Bila, seandainya dikira-kira kita tidak bisa mengandalkan kiriman-kiriman doa dari orang lain walaupun dari anak-anak sendiri, apa tidak lebih baik kita mandiri me-manage amalan saat kita hidup dan persiapkanlah amalan yang kelak bisa mengalir, walaupun kita sudah terbujur kaku….
Wass, De-eS, 01042012, 01:20
(Renungan diri, saat memikirkan bagaimanakah amalanku yang mengalir, di saat aku sendiri nanti…)
[…] mengenai amalan-amalan dalam hidup. Dan bagi para muslim, tentu pernah diajarkan mengenai hal berikut […]